Keseruan employee gathering gak selalu bertumpu pada jumlah kepesertaan yang banyak. simak artikel sebelumnya. Bila dirasa jumlah pesertanya nggak relevan dengan protokol CHSE maka employee gathering bisa dipecah menjadi beberapa batch kegiatan atau tetap berlangsung bersamaan dibeberapa tempat yang berbeda.Bisa juga opsi kedua tadi disempurnakan dengan penggunaan aplikasi digital supaya semua peserta employee gathering yang terpisah tempat tetap bisa di-engage melalui aplikasi digital.
Kemenparekraf RI menyatakan telah terjadi pergeseran orientasi pariwisata sejak tahun 2017 dari wisata massal menuju wisata alternatif atau minat khusus dengan menekankan pola wisata pada aspek penghayatan atau penghargaan lebih kepada aspek keindahan dan kelestarian alam, lingkungan dan budaya. Pergeseran ini menjadi relevan dimasa pandemi karena crowd sudah lagi bukan menjadi tolak ukur keseruan berwisata. Unique experience menjadi kekuatan yang melahirkan impact dari kegiatan berwisata.
Pendekatan experiential tourism bisa menjadi pencerahan dalam merancang konsep employee gathering dengan jumlah kepesertaan minim. Dengan pendekatan ini insight dari employee gathering yang diharapkan, team building misalnya, tetap bisa dicapai seperti yang seringkali dihadirkan oleh konsep outbound games. Konsep akan membuat 'sibuk' peserta employee gathering mengalami concrete experience melalui berbagai atraksi wisata yang jarang dialami oleh peserta. ini bisa terakomodir dengan mengadopsi berbagai kearifan lokal berbasis lingkungan, budaya, seni serta adat istiadat asli Indonesia. Dan negeri kita kaya sekali akan hal ini.
Satu hal yang nggak boleh dilupakan. Tiap atraksi wisata yang dialami oleh peserta employee gathering harus dibalut dengan skenario yang pas supaya sekuen programnya mampu menstimulus peserta employee gathering mendapatkan pengalaman unik.
Ambillah sebuah contoh. Bagaimana kalo Jemari mengajak tim anda untuk employee gathering dikawasan Pangandaran, Jawa Barat. Gak perlu rame-rame, 15 orang aja sudah bisa dijamin keseruannnya. Kita akan berekpedisi air di sungai nan hijau berarus tenang. disekelilingnya terhampar tebing-tebing yang indah dan hutan yang dipenuhi suara burung dan serangga. Selama dua hari kita akan mengarungi sungai menggunakan alat olahraga air yang sedang trend saat ini, stand up paddle board. Saat makan siang kita akan masak nasi liweut dan ikan yang sebelumnya kita jala dari sungai. Sore harinya kita mampir disebuah dusun untuk panen singkong, petik alpukat, durian dan beberapa jenis hasil kebun lainnya. Hasil perburuan kita dikebun akan kita olah bersama tim menjadi penganan yang akan kita nikmati dimalam hari sambil meikmati sajian budaya ronggeng gunung, sebuah muatan lokal asli khas pangandaran.
Malam hari kita kita akan menyebar menginap dibeberapa rumah penduduk nan ramah. Tentunya tempat menginapnya sudah sesuai standar home stay desa wisata. Keesokan hari, setelah sarapan pagi kita lanjutkan petualangan diair sampai tiba green canyon, sebuah destinasi wisata yang sudah menjadi ikon wisata Pangandaran.
Apakah yang anda bayangkan dari skenario dalam sekuen program employee gathering tersebut ?
Ya, yang pasti skenario itu mengillustrasikan betapa Keseruan dari pengalaman employee gathering ternyata bisa dicapai meski jumlah pesertanya tergolong minim. Mayoritas kegiatan dilakukan diluar ruang sehingga cukup bersahabat dengan protokol CHSE. Satu lagi, kita bergerak diarea-area terpencil yang jauh dari kerumunan sehingga resiko terpapar virus bisa lebih diminimalisasi. Kemudian, karakter destinasi dan model venue seperti apa yang kompatibel dengan protokol CHSE sehingga kita gak perlu kuatir menggelar employee gathering tatap muka sekarang juga ? kita kupas tuntas di artikel berikutnya.
Comments