Outbound nampaknya sudah menjadi kebutuhan dalam kegiatan rutin perusahaan. Kegiatn ini kerapkali dibalut dengan objektif sebagai kegiatan yang dipandang mampu meningkatkan soliditas antar pekerja. Dengan balutan itu outbound dipandang mampu memadukan aspek rekreasi dan edukasi dalam satu kegiatan. Di Indonesia sendiri pada dasarnya secara resmi tidak dikenal outbound sebagai bahasa yang resmi. Secara resmi diakui dengan istilah experiential learning. Secara hariah kegiatan ini merupakan kegiatan ini adalah kegiatan yan mampu mehirkan pengalaman pengalaman baru. Pengalaman tentang apa ? ya pengalaman yang harusnya memacu pesertanya tentang nilai-nilai positif yang bisa meningkatkan kapasitas dan kemampuan dirinya.Namun saat ini di Indonesia telah termobilisasi bahwa outbound diperuntukkan untuk team building yang diharapkan bisa meningkatkan soliditas dalam tim.
Sejak masuknya outbound di Indonesia pada awal tahun 90an, telah diperkenalkan bahwa kegiatan ini diperuntukkan untuk team building. Namun sebenarnya banyak obyektif lain yang bisa diakomodir oleh outbound ataupun experiential learning. Karena kegiatan ini merupakan aktifitas yang diharap memunculkan niali-nilai pengalaman baru bagi peningkatan solidita tim, saat itu nuansa jenis kegiatannya kerapkali didominasi berbentuk permainan yang dilakukan secara berkelompok. Bahkan pernah muncul istilah bagi outbound sebagai learning by playing. Digelarnya permainan yang dilakukan secara berkelompok pada dasarnya agar hadir dinamika kelompok yang diharapkan mampu membantu peserta outbound memaknai nilai-nilai pengalaman yang muncul.
Dulu agar peserta involve secara maksimal dalam kegiatan outbound sarigkali dilakukan sesi pencair suasana diawal program program atau saat peserta mengalami stagnasi dalam menemukan solusi dalam misi penyelesaian tantangan dalam kegiatan outbound atau experiential learning. Untuk mencapai tujuan itu ice breaking yang dimaksud diakomosi dengan fun game baik individual ataupun kelompok. Inilah pekerjaan rumah yang harus dikembalikan pada jalur yang sebenarnya. Kali ini banyak sekali ditemukan rancangan program outbound yang semata merupakan kegiatan fun game semata sejak awal hingga akhir program. Kondisi ini diperparah lagi karena sepanjang programmnya didominasi kegiatan fun game yang kebetulan dilakukannya berkelompok, jenis fun gamenya didekatkan pada nuansa bermain anak-anak yang juga cenderung kekanak-kanakan. Bagi seorang perancang program outbound mindset seperti ini tentu saja harus dibenahi.
Meskipun memang mudah memperoleh referensi dari buku yang terjual bebas di pasaran tentang rancangan fun games untuk kegiatan outbound yang membangun soliditas tim, percayalah tidak serta merta fun games yang dilakukan berkelompok pasti cocok dengat goals yang di set up. butuh kajian rinci yang dilakukan secara mendalam. Jenis kegiatan yang dilakukan dalam outbound mesti kuat analoginya agar kelak bisa menarik metafora dari kegiatan tersebut. Bayangkan bila kelompok yang terbentuk dalam outbound dibaratkan sebagai tim move maker yang bertugas dalam produki sebuah film atau juga sebagai tim penampil tari saman yang sarat sekali dengan muatan team work nya. Analogi-analogi akan menjaga kehadiran konten dalam program outbound sehingga kita terlindung dai kehilangan muatan dan terjebak dari menghadirkan hal-hal "konyol" seputar dunia anak
留言